zmedia

Faisal Basri: Investasi Indonesia di Zaman Jokowi Tertinggi di ASEAN, Tapi Hasilnya Sedikit, Karena...

NAFAZNEWS.COM - Ekonom senior Faisal Basri mempertanyakan kaitan pengesahan Undang Udang Omnibus Law Cipta Kerja dengan upaya meningkatkan investasi.

Dikatakan Faisal, tidak ada permasalahan dengan investasi di Indonesia saat ini.

Investasi di Indonesia, kata Faisal, sejauh ini baik-baik saja.

Dia menggarisbawahi, walau tidak spektakuler, namun pertumbuhan investasi tahunan Indonesia lebih tinggi dari China, Malaysia, Thailand, Brazil, Afrika Selatan, hampir sama  dengan India, hanya di bawah Vietnam.

''Kalau kita lihat peranan investasi terhadap PDB, Indonesia tertinggi sepanjang sejarah di zaman Pak Jokowi. Tinggi, 34 persen dari PDB, tertinggi, sebelumnya tidak pernah di atas 30 persen,'' papar Faisal membuka data dalam dialog Mata Najwa dengan tema 'Mereka-reka Cipta Kerja' yang juga diikuti Kepala BKPM Bahlil Lahadia, Ketua APINDO Hariadi Sukamdani, Ketua Panja RUU Omnibus Law Cipta Kerja, Supratman Andi Agtas,  Politisi PKS Lidia Hanifa Amaliah yang juga anggota Baleg DPR RI, Pengamat HAM  Haris Azhar, Rabu (7/10/2020).

Faisal juga menjelaskan Indonesia tertinggi di ASEAN dalam kaitan investasi terhadap PDB-nya.

''Indonesia lebih tinggi dari rerata negara berpendapatan menengah atas maupun menengah bawah. Jadi tidak ada masalah dengan magnitude investasi,'' lanjut Faisal lagi.  

Bahkan, lanjut dia, Indonesia menjadi negara yang masuk top 20 negara  yang menerima investasi asing di dunia dan Vietnam tidak masuk.

''Indonesia adalah negara yang paling atraktif,'' lanjutnya.

Namun, Faisal menjelaskan, ada masalah dengan investasi yang banyak itu, yakni hasilnya sedikit.

''Masalahnya adalah investasi banyak, hasilnya sedikit. Namanya ICOR (Incremental Capital Output Ratio),'' timpal Faisal.

''ICOR di zaman Pak Jokowi 5 tahun terakhir itu 50 persen lebih tinggi dari pada era-era  sebelumnya dan tertinggi di ASEAN.,'' papar dia lagi.

Untuk investasi di Indonesia, lanjut Faisal Basri, guna menghasilkan satu unit cangkir kopi ini membutuhkan 6,5 modal, sementara sebelumnya 4,3.

''Tujuannya investasi, investasi tidak  masalah. Yang jadi masalah adalah hasilnya kecil. Ibaratnya, kita itu makan yang bergizi, tapi berat badan kita tidak naik. Banyak cacing di perut, itu namanya korupsi,'' timpal dia lagi.

Korupsi itulah, yang menurut Faisal  bikin investor di luar negeri dan di dalam negeri sakit kepala.

Jadi,  Faisal menggarisbawahi, bahwa permasalahan pertama investasi di Indonesia bukan masalah ketenagakerjaan.

Ketenagakerjaan itu, sebut Faisal nomor 11, nomor satunya adalah  masalahnya korupsi dan nomor 2 birokrasi pemerintahan tidak efisien.

Posting Komentar untuk "Faisal Basri: Investasi Indonesia di Zaman Jokowi Tertinggi di ASEAN, Tapi Hasilnya Sedikit, Karena..."