![]() |
Jejak kaki homo sapiens ditemukan di bekas danau di Arab Saudi (Foto: AFP) |
NAFAZNEWS.COM - Jejak kaki manusia yang diperkirakan berasal dari 120.000 tahun lalu ditemukan di Arab Saudi. Temuan ini sebenarnya hasil penelitian beberapa tahun lalu, namun baru diumumkan oleh otoritas setempat.
Jejak kaki tersebut diketahui milik sekelompok homo sapiens yang berhenti untuk minum dan mencari makan di danau dangkal yang juga sering dikunjungi berbagai hewan seperti unta, kerbau, dan gajah.
Gambaran itu direkonstruksi para peneliti dalam studi terbaru yang diterbitkan Science Advances, Rabu (16/9/2020), menyusul penemuan jejak kaki manusia dan hewan purba di Gurun Nefud.
Temuan ini memberikan petunjuk baru tentang rute perjalanan nenek moyang saat mereka menyebar dari Afrika ke Asia dan Eropa.
Semenanjung Arab selalu dicirikan dengan gurun pasir luas dan gersang yang tidak ramah bagi manusia dan hewan. Namun penelitian selama puluhan terakhir menunjukkan, asumsi bahwa gurun identik dengan kelangkaan makanan tidak terbukti.
Hal ini disebabkan variasi iklim yang terjadi di gurun. Bahkan wilayah gurun bisa jauh lebih hijau dan lembab atau memasuki periode yang dikenal sebagai interglasial terakhir.
"Pada waktu-waktu tertentu di masa lalu, gurun yang mendominasi semenanjung berubah menjadi padang rumput luas dengan danau serta sungai air tawar permanen," kata penulis studi, Richard Clark Wilson dari Royal Holloway, dikutip dari AFP, Kamis (17/9/2020).
Sementara itu jejak kaki manusia ditemukan oleh ahli Jerman dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia yang juga penulis studi, Mathew Stewart. Dia mengatakan, jejak kaki itu ditemukan dalam penelitian gelar doktornya pada 2017. Saat itu baru terjadi erosi sedimen di sebuah danau kuno yang dijuluki 'Alathar' atau berarti jejak.
"Jejak kaki merupakan bentuk unik dari bukti fosil yang memberikan gambaran tepat di waktunya, biasanya mewakili beberapa jam atau hari, resolusi yang cenderung tidak kami dapatkan dari catatan lain," katanya.
Waktu penemuan sidik jari ditentukan menggunakan teknik pendaran terstimulasi optik, yakni pancaran cahaya pada butiran kuarsa untuk mengukur jumlah energi yang dipancarkan.
Total ada tujuh dari ratusan cetakan jejak kaki yang diidentifikasi sebagai hominin. Dari orientasinya, yakni jarak satu sama lain serta perbedaan ukuran, diperkirakan jejak kaki itu berasal dari dua atau tiga orang yang sedang bepergian bersama.
Para peneliti berpendapat jejak itu milik manusia modern. Ini menunjukkan para nenek moyang telah hadir di Timur Tengah pada saat itu.
"kita tahu bahwa manusia mengunjungi danau ini di saat bersamaan dengan hewan. Tidak seperti biasanya, di daerah tersebut tidak ada peralatan batu," kata Stewart, mengindikasikan bahwa manusia membuat permukiman jangka panjang di sana.
"Tampaknya orang-orang ini mengunjungi danau untuk mencari sumber air dan hanya untuk mencari makan pada saat yang sama dengan hewan," ujarnya, seraya menjelaskan hewan-hewan itu diburu untuk dimakan seperti dilaporkan INEws.id.
Selain jejak kaki, di lokasi juga ditemukan sekitar 233 fosil. Kemungkinan mereka merupakan hewan karnivora yang memangsa herbivora di Alathar, seperti bisa dilihat di sabana Afrika saat ini.
Sebelumnya diketahui manusia purba menyebar ke Eurasia melalui selatan Yunani dan Levant, mengeksploitasi sumber daya pesisir di sepanjang jalan. Namun penelitian terbaru menunjukkan ada rute pedalaman, yakni mengikuti danau dan sungai.
"Kehadiran hewan besar seperti gajah dan kudanil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber air yang besar, mungkin membuat Arabia utara menjadi tempat sangat menarik bagi manusia yang bergerak dari Afrika ke Eurasia," kata penulis lain dari Institut Max Planc untuk Ilmu Sejarah Manusia, Michael Petraglia.
Jejak kaki tersebut diketahui milik sekelompok homo sapiens yang berhenti untuk minum dan mencari makan di danau dangkal yang juga sering dikunjungi berbagai hewan seperti unta, kerbau, dan gajah.
Gambaran itu direkonstruksi para peneliti dalam studi terbaru yang diterbitkan Science Advances, Rabu (16/9/2020), menyusul penemuan jejak kaki manusia dan hewan purba di Gurun Nefud.
Temuan ini memberikan petunjuk baru tentang rute perjalanan nenek moyang saat mereka menyebar dari Afrika ke Asia dan Eropa.
Semenanjung Arab selalu dicirikan dengan gurun pasir luas dan gersang yang tidak ramah bagi manusia dan hewan. Namun penelitian selama puluhan terakhir menunjukkan, asumsi bahwa gurun identik dengan kelangkaan makanan tidak terbukti.
Hal ini disebabkan variasi iklim yang terjadi di gurun. Bahkan wilayah gurun bisa jauh lebih hijau dan lembab atau memasuki periode yang dikenal sebagai interglasial terakhir.
"Pada waktu-waktu tertentu di masa lalu, gurun yang mendominasi semenanjung berubah menjadi padang rumput luas dengan danau serta sungai air tawar permanen," kata penulis studi, Richard Clark Wilson dari Royal Holloway, dikutip dari AFP, Kamis (17/9/2020).
Sementara itu jejak kaki manusia ditemukan oleh ahli Jerman dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia yang juga penulis studi, Mathew Stewart. Dia mengatakan, jejak kaki itu ditemukan dalam penelitian gelar doktornya pada 2017. Saat itu baru terjadi erosi sedimen di sebuah danau kuno yang dijuluki 'Alathar' atau berarti jejak.
"Jejak kaki merupakan bentuk unik dari bukti fosil yang memberikan gambaran tepat di waktunya, biasanya mewakili beberapa jam atau hari, resolusi yang cenderung tidak kami dapatkan dari catatan lain," katanya.
Waktu penemuan sidik jari ditentukan menggunakan teknik pendaran terstimulasi optik, yakni pancaran cahaya pada butiran kuarsa untuk mengukur jumlah energi yang dipancarkan.
Total ada tujuh dari ratusan cetakan jejak kaki yang diidentifikasi sebagai hominin. Dari orientasinya, yakni jarak satu sama lain serta perbedaan ukuran, diperkirakan jejak kaki itu berasal dari dua atau tiga orang yang sedang bepergian bersama.
Para peneliti berpendapat jejak itu milik manusia modern. Ini menunjukkan para nenek moyang telah hadir di Timur Tengah pada saat itu.
"kita tahu bahwa manusia mengunjungi danau ini di saat bersamaan dengan hewan. Tidak seperti biasanya, di daerah tersebut tidak ada peralatan batu," kata Stewart, mengindikasikan bahwa manusia membuat permukiman jangka panjang di sana.
"Tampaknya orang-orang ini mengunjungi danau untuk mencari sumber air dan hanya untuk mencari makan pada saat yang sama dengan hewan," ujarnya, seraya menjelaskan hewan-hewan itu diburu untuk dimakan seperti dilaporkan INEws.id.
Selain jejak kaki, di lokasi juga ditemukan sekitar 233 fosil. Kemungkinan mereka merupakan hewan karnivora yang memangsa herbivora di Alathar, seperti bisa dilihat di sabana Afrika saat ini.
Sebelumnya diketahui manusia purba menyebar ke Eurasia melalui selatan Yunani dan Levant, mengeksploitasi sumber daya pesisir di sepanjang jalan. Namun penelitian terbaru menunjukkan ada rute pedalaman, yakni mengikuti danau dan sungai.
"Kehadiran hewan besar seperti gajah dan kudanil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber air yang besar, mungkin membuat Arabia utara menjadi tempat sangat menarik bagi manusia yang bergerak dari Afrika ke Eurasia," kata penulis lain dari Institut Max Planc untuk Ilmu Sejarah Manusia, Michael Petraglia.
Posting Komentar untuk "Jejak Kaki Manusia dari 120.000 Tahun Lalu Ditemukan di Arab Saudi"
Berkomentarlah yang bijak dan bagikan jika bermanfaat